Lebih Baik Jamu Gendong atau Jamu Buatan Sendiri


Keberadaan obat herbal atau jamu dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai minuman tradisional dengan berbagai manfaat. Minuman ini sering dijual oleh pedagang kaki lima dengan cara yang disebut jam carry.

Tapi apakah jamu gendong itu higienis dan direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan? Menurut Persatuan Obat Tradisional Indonesia (PDPOTJI), mereka belum bisa dipastikan apakah jamu gendong itu higienis atau tidak.

Isi Bakul Jamu Gendong


Biasanya daya tampung bakul atau keranjang yang dibawa oleh para jamu gendong memang sangat terbatas. Namun, mereka dapat mencampur berbagai jenis jamu yang berbeda dari mana saja yang berasal dari keranjangnya.

Karena keterbatasan daya tampung keranjang, para jamu gendong harus memprioritaskan jenis jamu yang mereka bawa. Jenis jamu yang selalu dicari pembeli harus menjadi prioritas untuk dibawa dalam keranjang mereka. Isi dari keranjang ini pun bermacam-macam, seperti kunyit asam, nasi kencur, kunyit sirih, sambiloto, tem rawak, dan jahe.

Untuk pelengkap minum jamu, Jamu Gendong biasanya menawarkan bahan tambahan berupa telur ayam kampung, jeruk nipis, dan madu ginseng. Biasanya madu digunakan untuk mengurangi rasa pahit dari jamu agar berkurang sehingga anak-anak sering kali lebih memilih madu yang dicampur jamu.

Menurut Kemenkes

Berbeda dengan jamu gendong, tanaman obat yang ditanam di kebun obat keluarga sudah diuji di lab kesehatan daerah dan sesuai dengan arahan dari kementrian kesehatan. Di sana, tanaman diuji untuk menentukan apakah bahan ini bebas dari bakteri seperti ecoli  dan bahan kimia lainnya atau aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan telah memberikan tugas kepada Puskesmas untuk mendorong distributor jamu di daerahnya masing-masing untuk menjual jamu yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Kemenkes juga berpesan kepada seluruh masyarakat, terutama para lansia, untuk menanam sendiri tanaman obat di kebun mereka yang hendak dijadikan obat herbal atau jamu.

Para lansia dapat menanam 5-10 jenis tanaman obat tergantung pada keluhan dan penyakit mereka. Bahkan penanaman tanaman obat tidak selalu membutuhkan lahan yang luas. Beberapa tanaman dapat ditanam dalam pot, seperti kunyit, kencur, jahe merah dan daun mint. Tanaman ini bahkan sudah bisa dipanen setiap tiga bulan sekali.

Dengan membatasi jumlah tanaman yang hanya sesuai dengan yang dibutuhkan, hal ini akan mengurangi beban dalam merawat tanaman tersebut. Jika tanamannya lebih sedikit maka perawatannya tentu akan lebih mudah. Tetapi jika terlalu banyak akan dapat menyebabkan kelelahan terutama bagi para orang tua dan lanjut usia.


Posting Komentar

0 Komentar